Daun Tikar dan Bambu Air Minum - Cerita rakyat Versi Yapen Timur

DAUN TIKAR DAN BAMBU AIR MINUM
(Versi Yapen Timur)



Di suatu tempat yang namanya Merimerini, hiduplah sekelompok orang yang bermarga Amamehi. Marga ini termasuk suatu marga yang paling besar di desa Randawaya, kecamatan Yapen Timur, kabupaten Yapen Waropen.
Pada waktu itu di dalam marga ini hidup seorang nenek bersama cucunya. Sejak itu menurut kepercayaan terdapat suatu bulan di dekat mereka berada sehingga setiap malam mereka hanya diterangi oleh bulan tersebut.
Pada suatu hari, karena mereka selalu mengejek nenek tersebut akhirnya nenek itu pergi bersama cucunya dan naik ke bulan karena mereka berada sangat dekat dengan bulan. Akhirnya bulan itu semakin lama semakin berpindah dari tempat mereka tinggal jauh ke atas dengan nenek tersebut bersama cucunya. Sehingga mereka membuat tangga dari pohon-pohon bambu untuk naik ke bulan. Namun karena kemarahan nenek itu maka dilepasnya ujung tangga di bulan sehingga mereka semua jatuh ke bumi. Setelah sampai di bumi, mereka ada yang menjadi ikan lumba-lumba, ikan paus, babi, dan kasuari. Sampai sekarang bekas tangga itu masih ada berupa batu yang dinamakan Mamurang, yang artinya bambu tua. Sedangkan tikar yang ditinggalkan oleh nenek itu pun bertumbuh dan masih ada sampai sekarang yang dinamakan Andaung, yang artinya tikar tua. Keturunan marga Amemehi ada yang tidak makan ikan lumba-lumba, ikan paus, babi, dan kasuari. Kehidupan ini masih terus berlangsung dalam masyarakat, khususnya di tempat terjadinya peristiwa itu, tepatnya di desa Rondawaya, teluk Ampimoi, kecamatan Yapen Timur, kabupaten Yapen Waropen.
West Papuan
Ayah dari dua anak, menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter