Ntunibega Jantan dan Betina
(Cenderawasih Jantan dan Betina)
Versi Suku Moni Kab. Paniai
Dahulu ntunibega (Cenderawasih) betina memiliki bulu yang sangat indah. Bulu panjang yang indah itu ibarat tali penutup perempuan. Ntunibega jantan memilki bulu yang sangat pendek. Setiap ada acara di rumah yang menari selalu Ntunibega betina. Ntunibega jantan hanya sebagai penonton belaka.
Pada suatu hari keduanya kawin. Beberapa tahun kemudian hamil dan melahirkan anaknya. Waktu melahirkan anak Ntuibega betina sangat susah melipat bulunya yang indah. Waktu anaknya buang air besar dan kecing, bulu induknya menjadi hitam dan terlepas. Kejadian itu terus menerus tak ada hentinya karena kena air kencing anaknya.
Dia berfikir keras dan akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan bulunya itu pada suaminya. “Hai suamiku yang tercinta, bulu yang indah ini harus kuserahkan padamu !” “ Kalau begitu serahkan cepat padaku “ jawab suaminya. Lalu bulu yang indah itu diserahkan pada suaminya. Suaminya menerima dengan senang hati. Kemudian suaminya menukar dengan bulu yang pendek yang dimilikinya. Bulu itu setelah dirawat suami tidak terjadi apa-apa, bahkan bertambah indah. Dan selanjutnya kalau ada upacara atau kegiatan yang menari adalah suaminya dan istri rela hanya sebagai penonton belaka. Dengan penyerahan itu sampai sekarang yang punya bulu kuning yang indah adalah Ntunibega (Cenderawasih) jantan.
Pada suatu hari keduanya kawin. Beberapa tahun kemudian hamil dan melahirkan anaknya. Waktu melahirkan anak Ntuibega betina sangat susah melipat bulunya yang indah. Waktu anaknya buang air besar dan kecing, bulu induknya menjadi hitam dan terlepas. Kejadian itu terus menerus tak ada hentinya karena kena air kencing anaknya.
Dia berfikir keras dan akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan bulunya itu pada suaminya. “Hai suamiku yang tercinta, bulu yang indah ini harus kuserahkan padamu !” “ Kalau begitu serahkan cepat padaku “ jawab suaminya. Lalu bulu yang indah itu diserahkan pada suaminya. Suaminya menerima dengan senang hati. Kemudian suaminya menukar dengan bulu yang pendek yang dimilikinya. Bulu itu setelah dirawat suami tidak terjadi apa-apa, bahkan bertambah indah. Dan selanjutnya kalau ada upacara atau kegiatan yang menari adalah suaminya dan istri rela hanya sebagai penonton belaka. Dengan penyerahan itu sampai sekarang yang punya bulu kuning yang indah adalah Ntunibega (Cenderawasih) jantan.
Udanggam dan Dibuni
(Udang dan Kelelawar)
Versi Suku Moni Kab. Paniai
Udanggam dan Dibuni dalah sahabat baik. Segala peristiwa suka dan duka dialami bersama. Pada suatu hari kena musibah. Musibahnya adalah musim kelaparan.Ini terjadi kerena musim kemarau berkepanjangan. Banyak masyarakat yang meninggal. Semua tanaman layu dan mati. Anak dan istri mereka tinggal tulang dan kulit.Melihat kenyataan itu mereka berencana mencari makanan di kebun orang.
Pagi-pagi mereka keluar dari rumah. Mereka naik turun gunung.Setelah lama mencari mereka dapat menemukan kebun orang. Di kebun itu banyak pisang ditanam dan buahnya sangat lebat.Mereka berlomba untuk memanjatnya. Udanggam tidak dapat memanjat.Dibuni langsung memanjat dan makan di atas pohon.Udanggam pasrah dan mengatakan pada Dibuni untuk mengambilkan.
"Sobat , saya tidak bisa naik tolong ambilkan untuk saya" kata Udanggam pada Dibuni.
"Baik" jawab Dibuni.
Dibuni membuang semua kulit pisang yang habis dimakan isinya ke arah Udanggam. Setelah dilihat ternyata hanya kulit yang dibuang. Udanggam marah besar.
Udanggam diam-diam pergimemanggil ular dan duri yang ada di sekitarnya.Dia tenang di bawah walaupun ia sangat lapar. Dibuni mulai turun karena sudah kenyang. Tetapi baru sampai ditengah pohon dia melihat ular yang sedangmerayap naikKarena takut ia melompat dari pertengahan pohon.
Ia jatuh di tanah yang banyak durinya. Ia sangat marah dan akan mencari Udanggam. Ia merencanakan untuk membunuhnya.
Dibuni berkata “Nanti saya buang kau di api !”
"Enak nanti saya bisa jemur-jemur badan" jawab Udanggam santai.
Dibuni tambah marah. “ Kalau begitu saya buang kau di air” teriak Dibuni.
“Jangan nanti saya mati “ kata Udanggam tak mau kalah.
“Itu yang saya cari "teriaknya Dibuni sambil bergerak dan menangkap Udanggam.
Udanggam lalu dibuang di air. “Enak kamu buang saya di rumah saya sendiri dan langsung berenang”.
Dibuni merasa menyesal membuang dia di air. Lalu ia pulang dengan badan penuh luka dan terasa sangat sakit
Pagi-pagi mereka keluar dari rumah. Mereka naik turun gunung.Setelah lama mencari mereka dapat menemukan kebun orang. Di kebun itu banyak pisang ditanam dan buahnya sangat lebat.Mereka berlomba untuk memanjatnya. Udanggam tidak dapat memanjat.Dibuni langsung memanjat dan makan di atas pohon.Udanggam pasrah dan mengatakan pada Dibuni untuk mengambilkan.
"Sobat , saya tidak bisa naik tolong ambilkan untuk saya" kata Udanggam pada Dibuni.
"Baik" jawab Dibuni.
Dibuni membuang semua kulit pisang yang habis dimakan isinya ke arah Udanggam. Setelah dilihat ternyata hanya kulit yang dibuang. Udanggam marah besar.
Udanggam diam-diam pergimemanggil ular dan duri yang ada di sekitarnya.Dia tenang di bawah walaupun ia sangat lapar. Dibuni mulai turun karena sudah kenyang. Tetapi baru sampai ditengah pohon dia melihat ular yang sedangmerayap naikKarena takut ia melompat dari pertengahan pohon.
Ia jatuh di tanah yang banyak durinya. Ia sangat marah dan akan mencari Udanggam. Ia merencanakan untuk membunuhnya.
Dibuni berkata “Nanti saya buang kau di api !”
"Enak nanti saya bisa jemur-jemur badan" jawab Udanggam santai.
Dibuni tambah marah. “ Kalau begitu saya buang kau di air” teriak Dibuni.
“Jangan nanti saya mati “ kata Udanggam tak mau kalah.
“Itu yang saya cari "teriaknya Dibuni sambil bergerak dan menangkap Udanggam.
Udanggam lalu dibuang di air. “Enak kamu buang saya di rumah saya sendiri dan langsung berenang”.
Dibuni merasa menyesal membuang dia di air. Lalu ia pulang dengan badan penuh luka dan terasa sangat sakit
Didi dan Pote
(Tikus Besar dan Kecil)
Versi Suku Mee Kab. Paniai
Didi dan Pote hidup bersahabat. Keduanya sangat akrap sekali. Pote adalah tikus kecil yang berbulu manusia. Disi tikus kecil dan rumahnya di hutan.Didi setiap hari memakan bangkai, ulat, dan daun. Pada suatu hari Pete berkata“ Ikutlah berdsamaku mencuri makanan orang !” Mendengar perkataan Pete Didi langsung menolak. Bahkan Didi menasehatinya. Keduanya berjalan sendiri-sendiri. Didi pergi ke hutan mencari makanan.
Didi mendapatkan makanan yang banyak sekali dan dibawa pulang. Setibanya di rumah Pote belum ada di rumah. Sekeharian Didi mencari Pote di hutan. Didi sangat kaget ternyata Pote telah mati kena jerat. Didi menagis sejadinya.Ia berkata “ Engkau mencuru buah-buahan, enkau mencuri jamur orang, itulah akibatnya , kalau engkau ikut nasehatku engkau akan selamat “ gerutunya lagi. Kemudian jerat dilepas Didi. Mayat Pote dibawa pulang ke rumahnya Pote.Setiba di rumah Didi membuat api. Pote diletakkan di dekat api.
Lama kelamaan Pote dapat hidup kembali. Kemudian Pote menceritakan semua kejian yang dialami sewaktu mencuri makanan orang.Pote merasa malu dan saat itu Pote sudah tidak berani mencuri lagi. Semua nasehatnya Didi akan diikuti.
Didi mendapatkan makanan yang banyak sekali dan dibawa pulang. Setibanya di rumah Pote belum ada di rumah. Sekeharian Didi mencari Pote di hutan. Didi sangat kaget ternyata Pote telah mati kena jerat. Didi menagis sejadinya.Ia berkata “ Engkau mencuru buah-buahan, enkau mencuri jamur orang, itulah akibatnya , kalau engkau ikut nasehatku engkau akan selamat “ gerutunya lagi. Kemudian jerat dilepas Didi. Mayat Pote dibawa pulang ke rumahnya Pote.Setiba di rumah Didi membuat api. Pote diletakkan di dekat api.
Lama kelamaan Pote dapat hidup kembali. Kemudian Pote menceritakan semua kejian yang dialami sewaktu mencuri makanan orang.Pote merasa malu dan saat itu Pote sudah tidak berani mencuri lagi. Semua nasehatnya Didi akan diikuti.
Posting Komentar
Posting Komentar