Persahabatan Ayam dan Elang - Cerita Rakyat Ver. Maybrat

PERSAHABATAN AYAM DAN ELANG
(Versi Maibrat)


Pada jaman dahulu ada dua sahabat, yaitu seekor burung Elang ‘Hofich’ dan seekor Ayam Jantan ‘Kokok Bara’. Keduanya berkawan baik, hidup rukun serta saling tolong. Setiap hari keduanya mencari makan bersama-sama pula. 

Pada suatu hari ketika kedua sahabat itu sedang mencari makanan, tiba-tiba seekor srigala datang menyerang keduanya. Dengan gesitnya burung Elang molompat terbang sedangkan Ayam Jantan segera berlari pula menyelamatkan diri. Srigala terus mengejar mangsanya itu, yang nampak sekali ketakutan. 

Saat itu pula Elang membantu Ayam Jantan sahabatnya. Dengan kekuatan yang dimilikinya ia mencengkeram dan melukai badan srigala itu, dan akhirnya Ayam Jantan dapat lolos dari maut yang mengancam lalu bersembunyi dicelah-celah batu. Sejenak srigala meraung-raung kesakitan dan kemudian berbalik arah untuk melarikan diri. “Keluarlah sahabatku, karena si penjahat itu telah pergi” kata si burung Elang kepada Ayam jantan sahabatnya. “Terima kasih Elang, engkau telah menyelamatkan jiwa ku”. Sahut si Ayam jantan itu.

Semenjak peristiwa itu, Ayam Jantan merasa takut dan suka berdiam diri. Ayam Jantan itu baru menyadari, kalau sahabatnya itu memiliki kelebihan, yaitu dapat terbang. Dalam hatinya Ayam Jantan berkata, “Wah… sungguh senangnya jika aku dapat terbang seperti Elang, dan sudah barang tentu musuh-musuh ku sulit untuk mengganggu diriku”.

Berhari-hari Ayam Jantan selalu memikirkan Elang yang dapat terbang itu. Selain itu peristiwa saat diserang srigalapun selalu saja muncul diingatannya.

Tiba-tiba burung Elang muncul dari celah-celah dedaunan pohon dimana Ayam Jantan sedang melamun. “Kenapa sahabatku? Tampaknya engkau sedih sekali, apakah engkau sakit? Tanya si Elang”. “Tidak, aku tidak sakit. Aku ingin bertanya kepadamu sahabat”. “Bertanyalah Ayam Jantan sahabatku”. “Kenapa engkau dapat terbang tinggi, sedangkan aku melompatpun tidak dapat. Bukankah kita sama-sama burung?” Tanya Ayam Jantan itu. “Kawanku dulu akupun tak dapat terbang, namun setelah aku menjahit kedua sayapku dengan jarum emas ini baru aku menjadi ringan dan dapat terbang”. “Kalau bergitu dapatkah aku meminjam jarum emas itu?”  “Boleh saja, namun kau harus ingat bahwa yang harus dijahit adalah kedua sayapmu agar engkau menjadi ringan dan dapat terbang, dan kau harus berjanji tidak akan meminjamkan jarum itu kepada siapapun dan jangan sampai hilang”. “Sahabatku engkau tak perlu bimbang. Aku akan berhati-hati dan akan segera mengembalikannya padamu”. Jawab Ayam Jantan itu. 

Burung Elang menyerahkan jarum emas itu kepada Ayam Jantan, dan diterimanya dengan penuh kegembiraan. Selanjutnya Ayam Jantan mulai menjahit kedua sayapnya. Namun ia tidak sabar. Belum lagi selesai menjahit Ayam Jantan itu terus mengepakkan sayapnya dan melompat ke atas pagar. 

Tingkah-laku Ayam Jantan itu rupa-rupanya diperhatikan oleh Ayam Betina yang ebetulan lewat di situ. “Hai… Ayam Jantan bagaimana engkau dapat terbang?” Tnya Ayam Betina. “Aku menjahit sayapku dengan menggunakan jarum emas ini” kata Ayam Jantan jantan. “Ayam Jantan bolehkah aku meminjamnya?”  “Pakailah dan setelah itu lompatlah di sisiku” kata Ayam Jantan. 

Ayam betina dengan cepat-cepat menjahit sayapnya, belum juga selesai menjahit, Ayam Betinapun segera melompat disamping si Ayam Jantan. Selanjutnya mereka berdua berkotek dan bekokok dengan sombongnya.

“Dimana jarum emas itu?” Tiba-tiba Ayam Jantan bertanya kepada si Ayam Betina. “Wah tadi aku meletakkannya di tanah”. Maka dengan segera Ayam Jantan melompat dari atas pagar dan mencari jarum Emas itu. Ayam Betinapun turut mencari. “Aduh… aku khawatir jika jarum emas itu hilang, karena bukan kepunyaan ku melainkan kepunyaan sahabatku si Elang. Untuk itu kita harus bisa mendapatkannya kembali”. Kata Ayam Jantan kepada Ayam Betina sambil terus mencari. 

Ayam Jantan merasa kecewa dan bersedih karena telah meminjamkan jarum emas itu. Suatu pagi burung Elang datang . “Wah… pagi-pagi kamu sudah mencakar-cakar tanah”. Kata Elang kepada Ayam Jantan itu. “Oya… bagaimana sekarang sudah dapatkah enkau terbang?”  “Em…aku hanya dapat melompat setinggi pagar dan aku minta maaf padamu” Kata Ayam Jantan. “Mengapa?” Tanya burung Elang bingung. “Begini, jarum emasmu itu hilang. Aku sudah berusaha mencarinya terus menerus, namun tidak juga aku ketemukan”. Ayam Jantan kepada sahabatnya Elang. 

Setelah mendengar pengaduan Ayam Jantan itu, Elang menjadi marah dan bengis. “Engkau tidak menuruti kata saya, engkau telah ingkar janji. Aku tidak mau bersahabat denganmu lagi. Mulai saat ini, semua keturunanmu akan menerima balasan dari keturunanku”. Kata Elang sambil terbang meninggalkan Ayam Jantan.

selang beberapa waktu setelah pertengkeran antara Ayam Jantan dan Burung Elang, telur Ayam betina menetas, ia nampak sangat senang dan bahagia. Namun sebaliknya Ayam Jantan selalu bersedih bila teringat ancaman dari burung Elang sahabatnya itu. Kemudian Ayam Jantan mengingatka kepada Ayam Betina agar tidak membiarkan anaknya berjalan sendirian, oleh karena itu Ayam Betina maupun Ayam Jantan selalu mengikuti anak-anaknya kemanapun pergi. 

Suatu hari mereka melihat Elang terbang rendah, Ayam betina berbunyi memanggil anak-anaknya supaya berkumpul dan berlindung dibalik sayapnya. Sedangkan ayam Ayam Jantan cemas dan berkokok-kokok sambil berlari-lari. Burung Elang dengan cepat menyambar seekor dari anak ayam itu. Ayam betina berbunyi riuh rendah sedangkan Ayam Jantan tidak dapat berbuat apa-apa.

Ayam Jantan selalu mengingatjkan Ayam Betina dan anak-anaknya, “Kita musti berhati-hati besok Elang akan datang lagi. Kita harus mencari jarum emas itu hingga dapat”. Kata Ayam Jantan. Itulah sebabnya ayam selalu mencakar-cakar, mengais-ngais tanah hingga sekarang ayam masih berusaha mencari jarum emas. Selama jarum emas itu belum dapat ditemukan, selama itu pula Elang akan terus memburu dan menyambar anak Ayam.

West Papuan
Ayah dari dua anak, menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi

Related Posts

Subscribe Our Newsletter