BURUNG KENANGAN
(Versi Marind)
Pada mulanya kehidupan manusia berada dalam kegelapan berada di dalam tanah (masih tersesat karena kegelapan). Sebab itu Tatakaf (api) datang untuk memberi terang bagi kehidupan. Namun manusia belum dapat keluar dari dalam tanah tersebut. Lalu datanglah Ndik atau burung bangau, dalam kepercayaan Marind imoh burung Ndik mempunyai sifat pemikir, yang melambangkan para bijak, yang memikirkan kapan manusia diselamatkan dari kegelapan menuju kepada terang yang dinantikan.
Namun kedatangan burung Ndik belum membawa keberhasilan kemudian datanglah Taletle (burung kenangan) memisahkan tanah hanyut, supaya manusia yang berada dalam kegelapan dapat melihat terang yang diberikan oleh api. Namun dalam usahanya burung Teletle tidak menemui keberhasilan. Selanjutnya ia meminta bantuan kepada Nggat atau Anjing untuk memecahkan masalah tersebut.
Ada dua Nggat atau anjing masing-masing bernama Omaha untuk marga Ndiwa-ik dan nggilui untuk marga Mahuze. Karena anjing mempunyai alat penciuman yang tajam dan pendengaran yang sangat peka serta memepunyai kekuatan untuk mencakar tanah, anjing diminta untuk ikut serta menyelamatkan manusia yang masih terkurung dalam kegelapan. Untuk mempercepat pekerjaannya maka anjing meminta bantuan Bahik (babi). Ada dua ekor bahik masing-masing bernama Sanggal untuk marga Bahik-Bahik dan Kolakot untuk marga Matiu-ik. Karena Bahik mempunyai kemampuan besar menyungkur dan menggali tanah maka Bahik diminta bantuannya untuk melengkapi pekerjaan burtung Ndik, burung Teltle dan anjing dalam usahanya menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju terang. Akhirnya usaha dan kerjasama yang baik mendatangkan keberhasilan, manusia dapat keluar dari kegelapan dalam tanah menuju terang dunia dengan dengan tampilah manusia di permukaan bumi.
Dengan keberdaan manusia di muka bumi ini, muncullah Geb (matahari). Geb melambangkan pujian syukur kepada Sang Pencipta Alam dan segala isinya. Sebagai lambang pujian syukur yaitu dengan menabuh sebuah tifa yang bernama Minggui. Secara relegius, sejarah Marind imoh mengajarkan bahwa segala ciptaan yang diberikan oleh sang pencipta tidak boleh disia-siakan. Harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Hal ini dilambangkan oleh tarian Bobo (bola bumi). Penari Bobo diiringi oleh para pengawal yang membawa alat pemukul. Tugas mereka adalah menjaga dan memlihara segala pemberian yang telah diberikan oleh sang pencipta.
Selain tarian Bobo, yang telah disebutkan di atas ada pula tarian perdamaian. Tari ini mengisahklan adanya seorang pangeran yang sakti. Pangeran Perdamaian adalah seorang tokoh utama dalam tradisi Marind, baik mayo, sosom maupun imoh. Nama pangeran itu dalam bahas Marind adalah Woliu. Pangeran ini mengajak manusia agar hidup dalam suasana rukun dan damai, saling mengasihi satu sama lain.
Namun kedatangan burung Ndik belum membawa keberhasilan kemudian datanglah Taletle (burung kenangan) memisahkan tanah hanyut, supaya manusia yang berada dalam kegelapan dapat melihat terang yang diberikan oleh api. Namun dalam usahanya burung Teletle tidak menemui keberhasilan. Selanjutnya ia meminta bantuan kepada Nggat atau Anjing untuk memecahkan masalah tersebut.
Ada dua Nggat atau anjing masing-masing bernama Omaha untuk marga Ndiwa-ik dan nggilui untuk marga Mahuze. Karena anjing mempunyai alat penciuman yang tajam dan pendengaran yang sangat peka serta memepunyai kekuatan untuk mencakar tanah, anjing diminta untuk ikut serta menyelamatkan manusia yang masih terkurung dalam kegelapan. Untuk mempercepat pekerjaannya maka anjing meminta bantuan Bahik (babi). Ada dua ekor bahik masing-masing bernama Sanggal untuk marga Bahik-Bahik dan Kolakot untuk marga Matiu-ik. Karena Bahik mempunyai kemampuan besar menyungkur dan menggali tanah maka Bahik diminta bantuannya untuk melengkapi pekerjaan burtung Ndik, burung Teltle dan anjing dalam usahanya menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju terang. Akhirnya usaha dan kerjasama yang baik mendatangkan keberhasilan, manusia dapat keluar dari kegelapan dalam tanah menuju terang dunia dengan dengan tampilah manusia di permukaan bumi.
Dengan keberdaan manusia di muka bumi ini, muncullah Geb (matahari). Geb melambangkan pujian syukur kepada Sang Pencipta Alam dan segala isinya. Sebagai lambang pujian syukur yaitu dengan menabuh sebuah tifa yang bernama Minggui. Secara relegius, sejarah Marind imoh mengajarkan bahwa segala ciptaan yang diberikan oleh sang pencipta tidak boleh disia-siakan. Harus dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Hal ini dilambangkan oleh tarian Bobo (bola bumi). Penari Bobo diiringi oleh para pengawal yang membawa alat pemukul. Tugas mereka adalah menjaga dan memlihara segala pemberian yang telah diberikan oleh sang pencipta.
Selain tarian Bobo, yang telah disebutkan di atas ada pula tarian perdamaian. Tari ini mengisahklan adanya seorang pangeran yang sakti. Pangeran Perdamaian adalah seorang tokoh utama dalam tradisi Marind, baik mayo, sosom maupun imoh. Nama pangeran itu dalam bahas Marind adalah Woliu. Pangeran ini mengajak manusia agar hidup dalam suasana rukun dan damai, saling mengasihi satu sama lain.
Demikian cerita tentang Burung Kenangan versi suku Marind di Merauke
Posting Komentar
Posting Komentar