Manusia dan Biawak - Cerita Rakyat Ver. Pegunungan Wamena

MANUSIA DAN BIAWAK
( Pegunungan Wamena )


Pada jaman dahulu kala adalah serang bapak dari marga Tabuni masuk di tengah hutan bertujuan mencari kayu bakar. Sampai ditengah hutan, panjatlah seorang bapak itu pada salah satu pohon. Pohon itu ranting-rantingnya banyak yang kering tetapi ranting yang satu ini terdapat benalu yang besar. Pada akar benalu, terjepitlah seekor biawak. 

Sebelum benalu itu ada, pada suatu hari seekor biawak ini datang pada sebuah ranting kayu itu dari pagi hingga sore hari. Pada siang hari datang lah seekor burung Helenaku (burung pipit) lalu berak pada pinggangnya. Dari tahi burung itu bertumbuh sebuah pohon benalu yang besar dan berakar pada pohon itu sehingga terjepitlah seekor biawak sampai berbulan-bulan bahkan sampai setahun. 

Setelah bapak ini menemukan biawak itu terjepit dengan tumbuhan benalu, lalu karena merasa kasihan terhadap biawak sehingga membongkar tumbuhan benalu itu dan melepaskannya dari belenggu. 

Satu tahun kemudian di wilayah itu terjadi perang suku yang besar-besaran, pada waktu perang seorang bapak yang pernah melepaskan biawah ini terkena panah dibagian pinggangnya, dan mata panah patah di dalam tubuhnya.  Mata panah yang patah dalam tubuh itu banyak orang berusaha mencabutnya tetapi tidak berhasil sehingga selama orang itu sakit, orang-orang hanya menjaganya saja. Tetapi pada suatu hari orang-orang merasa capek dan bosan sehingga mereka meninggalkan orang sakit itu sendiri lalu keluar ketempat tujuan masing-masing. Pada pukul 12.00 siang tepat seekor biawak itu mandi Lumpur lalu datang kerumah dimana orang itu berada. Biawak ini tiba di pintu honay, si penderita sempat melihatnya tetapi tiba-tiba orang itu tertidur sono. Kemudian masuklah seekor biawak dan menggosok lumpur-lumpur di tempat dimana orang itu terkena panah dan di bagian-bagian yang ia sakit lalu keluar. 

Setelah si penderita bangun dan memperhatikan ditempat-tempat yang sakit, mata panah yang patah di dalam sudah tercabut dengan sendirinya dan mengalami kesembuhan yang total secara tiba-tiba. Jadi sampai sekarang ini marga Tabuni percaya kepada ular biawah sebagai mahluk penolong mereka. Sehingga sewaktu-waktu mereka menemukan ular biawak mereka tidak bisa mengganggunya. Dan pada waktu marga Tabuni mau meng-adakan upacara pesta adat, maka persembahan khusus bagi biawak harus ada. Karena ular biawak mereka percaya. Bahwa mahluk penolongnya, dan menyembah kepadanya.

West Papuan
Ayah dari dua anak, menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi

Related Posts

Subscribe Our Newsletter