KONAYO TUA YANG BURUK
(Versi Wandamen)
Pada suatu hari, Konayo, seorang laki-laki tua dan buruk, mengisi air ke dalam seruas bambu, kemudian menutupnya dan membuangnya ke sungai Wosimi. Bambu itu mengapung sampai ke Wamuri. Pada saat itu, seorang gadis cantik bernama Binani sedang memancing di sana bersama neneknya.
Beberapa orang telah melamar Binani, Namun tak satupun yang diterimanya. Setelah memancing beberapa lama, Binani memberitahukan kepada neneknya akan mendayung ke tepi sungai untuk mencari air minum. Sementara mendayung, dia melihat seruas bambu yang dibuang oleh orang tua tadi tanpa curiga Binani langsung meneguk isinya. Setelah itu disembunyikannya bambu itu. Tak lama kemudian neneknyapun mendayung perahunya ke tepi sungai dan mereka memutuskan untuk pulang. Pada malam hari, Binani merasakan buah dadanya gatal dan pikirnya, hal itu disebabkan karena kutu pasir. Neneknya memeriksanya dan kedapatan dia hamil. Orang tua Binani dan kakek neneknya memaksanya memberitahukan siapa ayah anak yang dikandungnya itu. Tetapi ia sendiri tidak tahu. Tiga hari kemudian, ia melahirkan seorang bayi laki-laki.
Anak itu bertumbuh sangat cepat, dan suatu hari ia menangis dan meminta busur serta anak panah. Ayah Binani membuatnya, tetapi anak itu tidak mau. Dia menangis terus dan menunjuk ke arah sungai Wosimi. Ayah Binani lalu membuat sebuah perahu besar dan mereka mulai menuju sungai Wosimi. Selama perjalanan, banyak orang ingin memberinya busur dan anak panah mereka, tetapi dia menolaknya. Ketika mereka tiba di rumah Kanayo, Kanayo keluar dengan memakai cawat saha dan membawa busur serta beberapa anak panahnya. Mukanya buruk dan matanya tertutup tahi mata, tetapi anak itu mengambil busur dan anak panah dan duduk bersamanya di dalam rumah. Binani tidak mau duduk dengannya, tetapi kemudian anak itu berkata bahwa Kanayo adalah ayahnya. Binani menangis, tetapi ayahnya berkata bahwa mereka harus tinggal.
Pada suatu malam, Konayo mengambil busur dan anak panahnya, dan bersama anjing ke hutan. Dia membuat api lalu sebagiannya digunakan untuk membakar busur. Setelah dibakar, dia menariknya dan mengoncangkannya. Tiba-tiba banyak barang keluar berhamburan. Kemudian ia melemparkan anjingnya yang digigit kutu kedalam api dan ketika anjing melompat keluar dan menggoncangkan tubuhnya, barang-barang berjatuhan dari kulitnya yang sekarang telah berubah menjadi indah. Kemudian Konayo sendiri melompat kedalam api dan ketika melompat keluar, ia berubah menjadi seorang pemuda ganteng. Lalu, ia mengurut dirinya, tubuhnya mengeluarkan banyak barang dalam bentuk permata, seperti kalung tembaga. Ketika api mati, banyak barang berhamburan di sekitar tempat api tadi. Pada waktu dia kembali, ayah Binani segera mengenalnya, tetapi Binani tidak.
Namun kemudian Binani sangat bersukaria ketika dia sadar bawah itulah suaminya yang tampan.
Pada suatu hari mereka pergi berdansa di puncak Maniami. Setibanya di sana Binani menghiasi dirinya, tetapi dia sadar kalau sisirnya tidak dibawa. Dia kembali kerumah dan bertemu seekor ular didepan rumahnya. Ular membohonginya, Binani menjadi sedih dan menangis. Lalu ia ingat akan kanayo dan anaknya lalu dia mulai berdansa. Konayo memandangi rumahnya dan melihat ular ia berkata kepada ayah Binani, bahwa ia akan menembakkan sepotong kayu secara silang dan apabila itu dilakukannya, mertuanya harus berkata wo, wo, wo ,wo. Lalu ia akan berkata ke, ke, ke, ke, ke. Ketika muncul fajar, dia menembakkan anak panahnya secara silang dan ayahnya berkata wo, wo, wo, wo dan Konayo berkata ke, ke, ke, ke, ke. Setelah itu mereka dua terbang karena mereka telah menjadi burung Cenderawasih.