HOLI SOGHOM
(Kurima , Jayawijaya)
Pada jaman dahulu kala pernah hidup sepuluh keluarga di suatu kampung. Pada suatu musim kelapa kesepuluh keluarga itu beramai-ramai pergi kehutan untuk mengumpulkan kelapa hutan yang dalam bahasa setempat disebut Wulama. Karena pencaharian itu memakan waktu berhari-hari bahkan sampai satu atau satu setengah bulan, maka mereka membangun pondok-pondok untuk tempat penginapan. Pada hari kedua sejak mereka bermalam di hutan itu, semua orang dewasa masuk ke hutan sedangkan dua anak kecil menjaga pondok itu. Kedua anak tinggal dalam pondok yang cukup besar.
Tiba-tiba pada tengah hari muncul dua orang yang aneh bertubuh kecil dan berjenggot panjang. Tinggi badannya sama dengan kedua anak kecil yang menjaga pondok itu. Kedua anak itu terpaku melihat pandangan yang mengherankan itu. Salah seorang dianatara makluk itu tidak berambut sama sekali. Keduan anak itu gemetar sewaktu manusia-manusia aneh itu datang mendekati mereka, makluk mereka sendiri belum tahu dari mana datangnya tamu-tamu itu. Tetapi manusia-manusia kerdil yang menyapa dengan berkata: “jangan takut dan dimana kedua orang tua kamu ?”. lalu kedua anak itu menjawab bahwa orang tua mereka sedang masuk mencari kelapa hutan. Lalu manusia-manusia kerdil itu berpesan kedua anak kecil itu agar menyampaikan kepada orang tua mereka sekembali dari hutan supaya segera meninggalkan pondok-pondok itu. Kalau mereka tidak segera meninggalkan tempat itu maka pada malam hari semua akan meninggal, ditimpa oleh batu besar yang digulingkan oleh manusia-manusia kerdil. Setelah mereka menyampaikan itu, kedua manusia kecil itu tiba-tiba saja menghilang. Sebelum matahari menghilang di balik gunung, semua orang tua kembalai dari hutan lalu kedua anak kecil itu segera menceritakan pengalaman aneh yang baru dialaminya. Mendengarkan cerita itu orang dewasa mentertawakan anak-anak itu, dan menyatakan bahwa kedua anak ini bermimpi. Mereka tidak mempedulikan kata-kata dari kedua anak kecil itu. Kecuali kedua anak kecil itu, mempercayai cerita mereka dan mulai bergegas meninggalkan pondok itu walaupun sudah gelap. Mereka meninggalkan barang-barang bawaan mereka termasuk kelapa-kelapa hutan yang sudah dikumpulkannya. Dan pulanglah mereka ke kampung. Pada pagi hari kedua orang tua anak kecil itu kembali ke hutan untuk melihat dan mengetahui apa yang sekiranya telah terjadi atas mereka yang mengidahkan nasehat yang disampaikan oleh anak-anak kecil itu. Setibanya mereka mendirikan pondok itu ternyata pondok itu tidak ada. Yang ada hanya sebuah batu besar.
Setelah mereka mendekati batu besar itu, mereka mendengar suara-suara orang dari dalam batu itu dengan sangat menyesal memberitahukan apa yang telah terjadi, karena mereka tidak mau mendengar kata-kata dari kedua anak kecil itu. Katanya pada malam hari datang dua orang yang aneh mendatangi mereka dengan sebuah batu berbentuk rumah gubuk, akibatnya mereka terkurung dan tidak bisa keluar. Mereka menyesal sekali kerena tidak mau mendengar nasehat dari kedua anak kecil itu. Akibat sekarang mereka harus menderita.
Setelah mengetahui nasib orang-orang terkurung itu, mereka kembali kampung untuk memberitahukan kepada penduduk bahwa teman-teman sekampung mereka berada dalam malapetaka. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menggeser batu besar itu agar teman-teman meraka bisa bebas dari kurungan terkutuk itu. Tetapi ternyata usaha mereka itu tidak berhasil sama sekali. Teman-teman yang terkurung itu meninggal semuanya. Mereka tidak meninggal sekaligus tetapi satu demi satu setiap hari. Setiap hari orang kampung pergi menanyakan kira-kira berapa orang yang masih hidup, dan mereka diberitahu beberapa orang yang masih ada. Sampai pada suatu saat tingal hanya seorang saja tetapi suaranya hampir tidak terdengar lagi. Batu itu sampai saat ini m,asih ada dan oleh penduduk Kurima di sebut ”Huli Soghom”.