Asal Mula Pohon Kelapa Merah dan Hijau - Cerita Rakyat Yapen Selatan


ASAL MULA POHON KELAPA MERAH DAN HIJAU
(Yapen Selatan)



Dahulu di gunung Serewi hiduplah seorang yang bernama Amise Kayawi. Ia adalah turunan orang sakti. Ia hidup terpencil dalam goa Inawawa. Pada suatu hari seorang bapak bersama anaknya Wamana pergi menokok sagu di dusun sagu Anai. Sesudah menokok sagu mereka pulang menyusuri jalan yang di pinggir goa Inawawa. Ketika tiba di depan goa terlihatlah oleh mereka sebatang pohon buah merah. Buahnya sudah tua, maka timbullah keinginannya untuk mengambil buah merah itu. Dijoloknya buahitu dan jatuh.
Jatuhnya buah itu terdengar oleh Amise Kayawi.
Ia terkejut lalu bertanya dari dalam goa itu:
"Siapa itu?"
"Saya kakek," jawab Wamana.
"Kau boleh ambil tapi petik saja buah yang sudah tua dan ingat setiba di kampung sebelum orang-orang tidur kamu tidak boleh memasuki rumahmu. Bila buah ini dimasak, janganlah sekali-kali dibagikan kepada tetangga-tetanggamu. Biji-bijinya pun dikumpulkan dan harus dikembalikan di bawah pohon ini," kata Amise Kayawi.
Sesudah Wamana dan ayahnya mendengar pesanan itu, pulanglah keduanya ke kampung. Setiba di kampung hari pun sudah malam. Keadaan sunyi karena semua orang sudah tidur.
Keduanya memasuki rumah dan segera buah merah itu dibelah-belah lalu dimasak. Setelah masak Wamana dan ayahnya memakan buah merah itu dengan lahapnya. Karena asyik buah-buahnyapun terbuang berserakan di bawah kolong rumah. Sisanya dibagi-bagikan kepada tetangga-tetangganya. Rupanya mereka sudah lupa pesan dari Amise Kayawi. Pada malam berikutnya datanglah Amise Kayawi ke rumah mereka. Ketika tiba dilihatnya biji-biji buah merah itu berserakan di bawah kolong rumah maka ia pun menjadi marah. Lalu pergilah ia ke rumah seorang temannya di kampung Woru. Samanowai nama temannya itu. Ia juga adalah turunan orang sakti dan ia pun sangat ditakuti oleh penduduk setempat. Amise menceriterakan segala perbuatan Wamana dan ayahnya kepada Samanowai. Mereka berunding dan memutuskan untuk membunuh mereka dengan cara menggosokkan racun buah Ansiare. Setelah buah racun diperoleh, malamnya pergilah keduanya ke kampung tadi. Kebetulan kampung itu sedang mengadakan pesta adat.
Sesampai disana mereka bersembunyi di luar kampung dan menunggu kesempatan yang baik. Hari hampir pagi dan orang-orang yang berpesta itu merasa letih sekali sehingga semuanya tertidur di dalam rumah adat. Kesempatan inilah yang digunakan oleh Amise dan Samanowai untuk memasuki rumah adat.
Di dalam rumah mereka melihat di kepala orang-orang itu masih tersisip sisir kayu. Setiap sisir yang dicabut dari laki-laki diolesi dengan racun, lalu dipasangkan pada kepala laki-laki. Setelah melakukan perbuatan ini, pulanglah mereka ke tempatnya masing-masing.
Orang-orang kampung yang tidak turut malam pesta telah bangun, dan tidak menaruh curiga walaupun pesta telah sunyi.
Sebab menurut pikirannya mungkin karena sudah lelah sehingga tertidur semua. Sampai sore hari belum ada yang bangun, maka orang-orang menjadi curiga. Mereka mendatangi rumah adat lalu membangunkan orang-orang itu, tetapi seorang pun tidak ada yang bergerak. Sekarang tahulah mereka bahwa orang-orang itu telah mati. Orang-orang mati itu diangkat, kemudian dibawa dan ditaruh di bawah sebuah pohon beringin. Kematian orang-orang ini menjadi tanda tanya, siapakah sebenarnya yang melakukan pembunuhan itu. Kejadian itu hanya diketahui oleh Umbai dengan seorang temannya. Merekalah yang melihat Amise dan Samanowai keluar dari rumah adat itu. Betapa marahnya dan mereka berniat pula hendak membunuh Amise.
Pada suatu hari Umbai dengan kawannya membawa makanan lalu pergi ke goa Inawawa. Setiba di depan goa Umbai memanggil:"Inanda, Inanda, Mei Kayawi, Mei Kayawi!"
Tak lama kemudian Amise keluar hendak melihat orang yang memanggilnya. Ketika ia tiba di luar, rambutnya ditarik dan saat itu juga lehernya dipotong oleh Umbai. Tubuh Amise dibuang ke dalam goa. Kepalanya dibawa dan diletakkan di bawah pohon beringin. Setelah beberapa hari kemudian, tumbuhlah pohon kelapa pada kedua mata Amise. Kedua pohon itu tumbuh dengan subur di tempat itu.
Pada suatu ketika seorang nenek dari kampung pergi ke gunung Serewi. Setiba di sana dilihatnya dua pohon kelapa yang tumbuh subur dan berbuah lebat. Pohin kelapa yang berdiri di sebelah kanan berwarna merah dan yang di sebelah kiri berwarna hijau. Ia tertari dan di dalam hatinya timbullah pikirannya, apakah buah ini dapat dimakan atau tidak. Dipetiknya beberapa buah muda yang sudah berisi. Dengan gembira dibawanya buah kelapa itu ke kampung. Setibanya di kampung ditunjukkannya buah kelapa tadi kepada lima orang anak cucunya. Mereka menjadi heran pula ketika melihat buah kelapa itu.
"Buah ini belum pernah dimakan orang, jadi sekarang nenek hendak mencobanya. Kalau seandainya nenek mati, maka kamu dapat memberitahukan kepada orang-orang kampung," kata sang nenek kepada cucu-cucunya. Setelah berkata demikian, diambilnya sebuah lalu dibelahnya. Airnya diminum dan isinya dimakan pula. Sepanjang hari mereka memperhatikan neneknya, tetapi neneknya tidak menderita apa-apa.
"Anak-anak boleh memakan buah ini sebabtidak beracun. Baik air maupun isinya enak sekali." kata sang nenek. Brulah kelima cucunya mau memakan buah kelapa itu. Setelah dimakan mulailah mereka menceriterakan tentang buah kelapa itu kepada orang-orang kampung.
Demikianlah ceritera asal usul pohon kelapa merah dan hijau dari kampung Turu, Yapen Selatan.
West Papuan
Ayah dari dua anak, menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter